Majelis Nasional Pendidikan Katolik bekerja sama dengan Majelis Pendidikan Keuskupan Agung Medan menggelar seminar dan lokakarya di Hotel Niagara, Parapat, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 22-25 Mei 2019, dengan tema “Mewujudkan Peradaban Kasih Persaudaraan di Era 4.0.”

Kegiatan ini yang dihadiri 369 peserta, yakni para ketua Majelis Pendidikan Keuskupan, para ketua yayasan, para kepala sekolah dan guru informatika SMP-SMA dari seluruh Indonesia, menghadirkan sejumlah pembicara yang mengupas hakekat, keberadaan dan dampak era 4.0 dari aneka dimensi serta merumuskan langkahlangkah konkret yang akan dilakukan LPK untuk menyikapi era ini secara arif.

Para pembicara antara lain Uskup Agung Medan, Mgr Kornelis Sipayung OFM Cap yang membawakan keynote speech dengan judul “Membangun Sebuah Peradaban Cinta”; Pastor Peter C Aman OFM, DosenTeologi Moral SekolahTinggi Filsafat (STF) Driyarkara Jakarta yang membahas tema “Mesin Cerdas – Dari Rasa Kagum ke Sikap Bijak: Perspektif Moral Katolik”; Moch Abduh dan Doni Koesoema dari Kemendikbud yang mengupas tema “Kebijakan Mapel Informatika dalam Kurikulum Nasional” serta Inggriani Liem, Ketua Tim Olimpiade Komputer Indonesia dan Dosen di InstitutTeknologi Bandung, yang membahas tema “Computational Thinking dalam Proses Pembelajaran.”

Selain seminar, juga diadakan lokakarya, di mana peserta dibagi dalam tiga kelompok, yaitu pengurus yayasan, kepala sekolah serta guru informatika. Para pengurus yayasan mendalami dua topik, yakni “Tata Kelola KeuanganYayasan LPK” yang dibawakan oleh Fr Monfort Mere, BHK, Anggota Presidium MNPK Bidang Tata Kelola dan Keuangan dan terkait“Sistem Akutansi Keuangan 4.0/E-Finance 4.0” oleh Julia Chen, Bendahara MNPK.

Sementara para kepala sekolah mendalami topik “Kepemimpinan LPK 4.0” yang dibawakan oleh RD Vinsensius Darmin Mbula OFM, Ketua Presidium MNPK dan para guru informatika mendalami topik terkait “Penyusunan Draf Program Semester Informatika” di bawah bimbingan Inggriani Liem.

LPK mesti mendesain model-model pembelajaran yang memperlakukan peserta didik sebagai subjek, di mana melalui proses belajar segala potensi mereka dioptimalkan. Model pembelajaran diarahkan pada upaya menghasilkan generasi-generasi yang kreatif, responsif, konektif, mampu berpikir kritis, mampu memecahkan persoalan, inovatif, kolaboratif, mencintai budaya literasi, mampu berpikir tingkat tinggi sehingga peserta didik tumbuh sebagai pencipta inovasi-inovasi baru dan bukan hanya sekedar menjadi pengguna.

Karena itu, sangatlah vital untuk memberi perhatian intens pada peningkatan kualitas guru, melalui pelatihan-pelatihan sehingga mereka menjadi guru yang kreatif, inovatif, menyenangkan dan bertanggung jawab.

Model pembelajaran yang kreatif dan inovatif tersebut tetap berlandaskan pada pendidikan karakter, yang menjadi basis untuk pengembangan potensi belajar dan kecerdasan peserta didik. Karena itu, perhatian terhadap pengembangan kecerdasan peserta didik harus seimbang dengan upaya penanaman nilai. LPK tidak hanya menghasilkan manusia yang cerdas, tetapi juga arif, pribadi yang beriman, yang bersatu dengan “pokok anggur.” (bdk. Yoh. 15: 1-19).

TerkaitGuru:

  • Selalu berikhtiar meningkatkan kompetensi kepribadian, pedagogi, sosial dan profesional agar bisa menjawab tuntutan model pembelajaran sesuai dengan perkembangan era 4.0. Karena itu, guru-guru perlu terus belajar (on going formation) dan menempa diri melalui pelatihan-pelatihan.
  • Mengembangkan pola pembelajaran yang menumbuhkan daya kritis, kreatif, inovatif, reflektif, kemampuan berkolaborasi dan kesediaan berdialog dalam diri peserta didik.
  • Secara kreatif menerapkan pola pengajaran yang tidak hanya terpaku pada “buku teks” dan buku siswa, tetapi terbuka untuk mencari sumber-sumber lain yang bisa menantang peserta didik untuk memaksimalkan daya kritis, kreatif dan inovatif mereka.
  • Mengintegrasikan nilai-nilai moral ke dalam proses pembelajaran agar peserta didik tidak hanya melek secara teknologi tetapi juga berkembang menjadi manusia berkarakter yang mampu menggunakan teknologi dengan bertanggung jawab.

Terkait Kepala Sekolah

  • Menjaga integritas dan menempatkan prinsip transparan, akuntabel, kredibel, demokratis yang didukung oleh penggunaan sistem teknologi dan informasi dalam pengelolaan sekolah.
  • Menyesuaikan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan tuntutan era 4.0, termasuk di antaranya adalah membudayakan dialog, menciptakan iklim relasi yang organik, meninggalkan model kepemimpinan yang mekanistis, hierarkis birokratis, formalisasi tinggi dan sentralistis.
  • Merumuskan terobosan-terobosan kebijakan yang mendukung upaya menjawab tuntutan era 4.0, termasuk perhatian pada peningkatan kompetensi guru dan terbuka terhadap upaya evaluasi terhadap berbagai hal.
  • Membangun kolaborasi yang baik dengan berbagai pihak, termasuk orangtua murid, para guru, pihak yayasan, pemerintah, alumni serta selalu berupaya belajar terus-menerus untuk meningkatkan kompetensi managerial, sosial, supervisi, kewirausahaan dan kepribadian.

Sebagaimana yang menjadi pesan Paus Fransiskus bahwa buah dari kecerdasan manusia dalam bentuk berbagai produk teknologi, di samping patut disyukuri, tetapi pertama-tama haruslah dimanfaatkan untuk kebaikan manusia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


            

            

                        
            
            
Registrations
No Registration form is selected.
(Click on the star on form card to select)
Please login to view this page.
Please login to view this page.
Please login to view this page.
0Shares